Kamis, 24 Oktober 2013

Nasehat, 4 PEMBAGIAN MANUSIA



4 PEMBAGIAN MANUSIA

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, bahwa manusia itu dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu :

1. Manusia yang tidak mempunyai lisan dan hati, senang berbuat maksiat, menipu serta dungu. Berhati-hatilah terhadap mereka dan jangan berkumpul dengannya, karena mereka adalah orang-orang yang mendapat siksa.

2. Manusia yang mempunyai lisan, tapi tidak mempunyai hati. Ia suka membicarakan tentang hikmah atau ilmu, tapi tidak mau mengamalkannya. Ia mengajak manusia ke jalan Allah SWT. tapi ia sendiri justru lari dari-Nya. Jauhi mereka, agar kalian tidak terpengaruh dengan manisnya ucapannya, sehingga kalian terhindar dari panasnya kemaksiatan yang telah dilakukannya dan tidak akan terbunuh oleh kebusukan hatinya.

3. Manusia yang mempunyai hati, tapi tidak mempunyai ucapan (tidak pandai berkata-kata). Mereka adalah orang-orang yang beriman yang sengaja ditutupi oleh Allah SWT dari makhluk-Nya, padanya diperlihatkan kekurangannya, disinari hatinya, diberitahukan kepadanya akan bahaya berkumpul dengan sesama manusia dan kehinaan ucapan mereka. Mereka adalah golongan waliyullah (kekasih Allah) yang dipelihara dalam tirai Ilahi-Nya dan memiliki segala kebaikan. Maka berkumpullah dengan dia dan layanilah kebutuhannya, niscaya kamu juga akan dicintai oleh Allah SWT.

4. Manusia yang belajar, mengajar dan mengamalkan ilmunya. Mereka mengetahui Allah dan ayat-ayat-Nya. Allah SWT memberikan ilmu-ilmu asing kepadanya dan melapangkan dadanya agar mudah dalam menerima ilmu. Maka takutlah untuk berbuat salah kepadanya, menjauhi serta meninggalkan segala nasihatnya.

Semoga kita semua tidak termasuk kepada golongan yang pertama dan yang kedua dan semoga pula kita dilindungi dari golongan seperti itu.
Amien Ya Rabbal ‘Alamien…

Nasehat, BENAR-BENAR GILA



BENAR-BENAR GILA

Pada suatu hari, Rasulullah SAW melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Beliau bertanya, "Karena apa kalian berkumpul di sini?" Para sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, ini ada orang gila, sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul di sini?" Beliau bersabda, "Orang ini bukan gila. la sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang benar-benar gila (Al-Majnun Haqqal Majnun)?” Para sahabat menjawab, "Tidak, ya Rasulullah" Beliau menjelaskan, "Orang gila yang sebenarnya ialah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga Tuhan sambil berbuat maksiat kepadanya, yang kejelekannya membuat orang tidak aman dan kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang ini, dia hanya sedang mendapat musibah saja."

Para sahabat menyebut majnun kepada orang yang perilakunya tidak normal (abnormal), sementara Nabi SAW Menyebut orang seperti itu dengan MUBTALA, orang yang mendapat musibah, atau orang sakit.

Nabi SAW menyuruh kita melihat orang seperti itu sebagai orang yang patut kita bantu. Ia bukan majnun, tetapi mubtala, Kita harus meringankan deritanya dan memberikanjalan keluar dari bala yang mengenainya. la bukanlah orang yang tertutup akalnya.

Orang yang kena bala harus didekati, tetapi orang gila harus dijauhi. Menurut Nabi SAW, ciri utama orang gila ialah takabbur. Ia merasa dirinya besar dan merendahkan orang lain. 

Rasulullah SAW berkata kepada Abu Dzarr, "Wahai Abu Dzarr, barang siapa mati dan didalam hatinya ada sebesar debu dari takabbur, maka ia tidak akan mencium bau surga, kecuali bila ia bertobat sebelum maut menjemputnya." Abu Dzarr berkata, "Ya Rasulullah, aku mudah terpesona dengan keindahan. Aku ingin gantungan cambukku indah dan pasangan sandalku juga indah. Yang demikian itu membuatku takut." Rasulullah SAW bertanya, "Bagaimana perasaan hatimu?" Abu Dzarr menjawab, "Aku dapatkan hatiku mengenal kebenaran dan tenteram di dalamnya." Rasulullah SAW berkata, "Yang demikian itu tidak termasuk takabbur. Takabbur itu ialah meninggalkan kebenaran dan kamu mengambil selain kebenaran. Kamu melihat kepada orang lain dengan pandangan bahwa kehormatannya tidak sama dengan kehormatanmu, darahnya tidak sama dengan darahmu."

Walhasil, Anda adalah orang yang takabbur kalau Anda tidak mau menerima kebenaran karena :

1. yang menyampaikan kebenaran itu rakyat kecil, orang miskin, bawahan, atau pegawai. Anda tidak mau mendengar nasihat dari anak atau istri Anda karena Anda menganggap mereka lebih rendah dari Anda. Anda tidak mau mendengar pembicaraan dari orang Islam yang pahamnya berbeda dengan Anda karena Anda menganggap mereka sesat dan Anda berada dijalan yang paling benar. Karena Anda mempunyai hubungan dekat dengan orang besar, Anda ingin diper-lakukan sebagai orang istimewa dan hukum apa pun tidak boleh berlaku untuk Anda.

2. Anda merasa lebih berilmu, Anda meremehkan orang yang Anda anggap bodoh. Anda kecam mereka. Anda tertawakan kejahilan mereka. Kalau ilmu Anda itu ilmu agama, Anda berikan gelar-gelar yang buruk kepada orang yang Anda pandang tidak sepaham dengan Anda. Anda khususkan surga untuk kelompok Anda dan neraka untuk kelompok lain. Anda sahkan semua ibadah Anda dan Anda batalkan ibadah yang lain.

3. Anda ahli ibadah, Anda merasa diri Anda yang paling shalih diantara seluruh makhluk di bumi ini. Anda sombong dengan shalat malam Anda. Anda bangga dengan bacaan Al-Quran Anda. Anda tinggi hati dengan haji dan umrah Anda. Kemudian, Anda merasa puas dengan ibadat Anda dan lupa dengan akhlak Anda di tengah-tengah masyarakat. Anda begitu puas dengan puasa Anda sehingga Anda lupa pada fakir miskin di sekitar Anda. Anda begitu senang dengan shalat Anda sehingga Anda lupa memperbaiki akhlak Anda.

4. Anda mempunyai kekayaan lebih dari kebanyakan orang, Anda busungkan dada Anda. Anda rendahkan orang-orang yang kurang kaya dibandingkan Anda. Anda ciptakan kelompok eksklusif. Anda singkirkan ke pinggir orang-orang yang lebih miskin dari Anda. Anda menganggap mereka tidak sederajat dan tidak sedarah dengan Anda.

5. Anda merasa berkuasa, Anda tidak segan-segan menggebuk orang yang tidak Anda sukai. Anda tidak meng-hiraukan penderitaan rakyat kecil yang Anda tindas dengan tak semena-mena. Anda menegakkan kekuasaan diatas keringat, air mata dan darah orang-orang yang tidak berdaya.

Kalimat-kalimat di atas dapat Anda gunakan untuk mendiagnosis apakah Anda memiliki penyakit takabbur. Satu saja diantara "gejala" itu Anda rasakan, maka berarti anda sudah menjadi orang yang benar-benar gila (Al-Majnun Haqqal Majnun).

Senin, 21 Oktober 2013

Cerita Hikmah, SUAMI BERHATI MALAIKAT





Sahabat, ada sebuah kisah menarik dari pejalan hidup seorang pria dalam mengarungi hidup ini bersama istrinya, mudah-mudahan bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Intinya adalah tiada kesetiaan tanpa kesetian.

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari sinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing. Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu agar semua anaknya dapat berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata :

“Pak.. kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.

"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku... Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin
bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian…. *sejenak kerongkongannya tersekat* kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.

Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu…… Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa....disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah
cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga,pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri sayamenjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...” Sambil menangis"

Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya,  "BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI SAYA, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH."

Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah diatas, Amin…

Cerita Hikmah, GUBERNUR PALING MISKIN DI ZAMAN SAYYIDINA UMAR BIN KHOTTOB



Pembaca, percayakah engkau kalau ada Gubernur, menteri, DPR, Presiden atau pejabat pemerintah yang hidupnya serba dalam kekurangan? Mungkin tidak ada untuk zaman sekarang ini, apalagi di negeri ini yang mau tidak mau dapat dikatakan bahwa ketika ada seseorang yang menjabat sebagai pemimpin langkah yang pasti diambilnya adalah bagaimana dapat mengembalikan atau kalau bisa mendapat keuntungan yang banyak selama ia menjabat karena untuk mengembalikan uang kampanye yang dilakukan sebelum menjadi pemimpin.

Pembaca, tentu kita rindu dengan sosok pemimpin yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Pemimpin yang mau bercampur baur dengan rakyatnya. Pemimpin yang tak pernah bosan mendengar keluhan rakyatnya. Pemimpin yang selalu adil dan mengayomi. Pemimpin yang sederhana dan tidak menumpuk harta kekayaan.

Rasulullah SAW adalah potret pemimpin yang sangat hebat lagi luar biasa. Betapa tidak, di saat pemimpin-pemimpin di dunia lainnya asyik dan nyenyak tidur di atas permadani lembut nan empuk. Beliau justru tidur di atas pelepah kurma yang sampai-sampai membekas di bahu beliau. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri, manusia suci nana gung dunia akhirat hidup dalam keadaan seperti itu Umar bin Khattab pun tak sanggup menahan air matanya untuk keluar. Ia menangis dan sedih melihat manusia yang paling dicintainya hidup dalam keadaan seperti itu, sementara para pemimpin lainnya asyik dan nyenyak di atas tempat tidurnya.

Pembaca, itu baru mengenai tempat tidur Nabi SAW, belum lagi sisi-sisi lain kehidupan Nabi Muhammad SAW yang sangat sederhana. Itulah kehidupan sehari-hari pemimpin agung yang selalu akan kita temukan kisah mengagumkan dalam setiap aspek dan sisi kehidupan beliau. Bandingkan dengan pemimpin-pemimpin sekarang yang sering mengobral janji di kala kampanye, tapi lupa diri ketika jabatan yang diinginkannya telah ia rengkuh.

Pembaca, sifat-sifat terpuji itu pun menular di kalangan para sahabat beliau SAW, kita bias saksikan bagaimana kehidupan sehari-hari Abu Bakar, Umar dan para sahabat lainnya yang sangat sederhana meski diamanahi menjadi pemimpin dan pejabat. Di antara kisah-kisah mengagumkan mengenai bagaimana sederhana dan hebatnya para sahabat beliau SAW dalam kehidupannya meski menjabat sebagai gubernur atau pejabat adalah kisah sahabat Sa’id bin Amir Al-Jumahi ra. Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW yang juga menjabat sebagai gubernur di wilayah Hims pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab ra.

Sejarawan Islam Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya menempatkan tokoh sepanjang zaman ini dalam urutan pertama dalam kitabnya Shuwarum min Hayatis Shahabat. Bahkan Sayyidina Umar pun terpana melihat budi kepemimpinannya.

Pembaca, beliau termasuk seorang pemuda di antara ribuan orang yang pergi ke Tan’im, di luar kota Mekah. Mereka berbondong-bondong ke sana, dikerahkan para pemimpin Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati terhadap Khubaib bin Adi, yaitu seorang sahabat Nabi yang mereka hukum tanpa alasan. Dengan semangat muda yang menyala-nyala, Said maju menerobos orang banyak yang berdesak-desakan. Akhirnya dia sampai ke depan, sejajar dengan tempat duduk orang-orang penting, seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayah dan lain-lain. Kaum kafir Quraisy sengaja mempertontonkan tawanan mereka dibelenggu. Sementara para wanita, anak-anak dan pemuda, menggiring Khubaib ke lapangan maut. Mereka ingin membalas dendam terhadap Nabi Muhammad SAW, serta melampiaskan sakit hati atas kekalahan mereka dalam perang Badar.

Ketika tawanan yang mereka giring sampai ke tiang salib yang telah disediakan, Said mendongakkan kepala melihat kepada Khubaib bin Adi. Said mendengar suara Khubaib berkata dengan mantap, ”Jika kalian bolehkan, saya ingin shalat dua rakaat sebelum saya kalian bunuh…” Kemudian Said melihat Khubaib menghadap ke kiblat (Ka’bah). Dia shalat dua rakaat. Alangkah bagus dan sempurnanya shalatnya itu. Sesudah shalat, Khubaib menghadap kepada para pemimpin Quraisy seraya berkata, ”Demi Allah! Seandainya kalian tidak akan menuduhku melama-lamakan shalat untuk mengulur-ngulur waktu karena takut mati, niscaya saya akan shalat lagi.” Mendengar ucapan Khubaib tersebut, Said melihat para pemimpin Quraisy naik darah, bagaikan hendak mencincang-cincang tubuh Khubaib hidup-hidup.

”Sukakah engkau si Muhammad menggantikan engkau, kemudian engkau kami bebaskan?” kata salah seorang pembesar Quraisy dengan nada sombong dan mengejek.

“Saya tidak ingin bersenang-senang dengan istri dan anak-anak saya, sementara Nabi Muhammad tertusuk duri.” jawab Khubaib mantap.

“Bunuh dia! Bunuh dia!” teriak orang banyak. Said melihat Khubaib telah dipakukan ke tiang salib. Dia mengarahkan pandangannya ke langit sambil berdoa,”Ya Allah! Hitunglah jumlah mereka! Hancurkan mereka semua. Jangan disisakan seorang jua pun!”

Tidak lama kemudian Khubaib menghembuskan nafasnya yang terakhir di tiang salib. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka karena tebasan pedang dan tikaman tombak yang tak terbilang jumlahnya. Setelah peristiwa itu kaum Kafir Quraisy kembali ke Makkah biasa-biasa saja. Seolah-olah mereka telah melupakan peristiwa maut yang merenggut jiwa Khubaib dengan sadis. Tetapi Said bin Amir al-Jumahi yang baru menginjak usia remaja tidak dapat melupakan Khubaib walau ‘sedetik pun’. Sehingga dia bermimpi melihat Khubaib menjelma di hadapannya.

Dia seakan-akan melihat Khubaib shalat dua rakaat dengan khusyu’ dan tenang di bawah tiang salib. Seperti terdengar olehnya rintihan suara Khubaib mendoakan kaum kafir Quraisy. Karena itu Said ketakutan kalau-kalau Allah SWT segera mengabulkan doa Khubaib, sehingga petir dan halilintar menyambar kaum Quraisy.

Dengan Keberanian dan ketabahan Khubaib yang disaksikan dengan mata kepala oleh Said bin Amir dalam menghadapi maut mengajarkan kepada Said beberapa hal yang belum pernah diketahuinya selama ini.

Pertama, hidup yang sesungguhnya adalah hidup beraqidah, beriman, kemudian berjuang mempertahankan aqidah itu sampai mati.

Kedua, iman yang telah terhunjam di hati seseorang dapat menimbulkan hal-hal yang ajaib dan luar biasa.

Ketiga, orang yang paling dicintai Khubaib ialah sahabatnya, yaitu seorang Nabi yang dikukuhkan dari langit.

Pembaca sekalian, ketahuilah sejak itu Allah SAW membukakan hati Said bin Amir untuk menganut agama Islam. Kemudian dia berpidato di hadapan khalayak ramai, menyatakan, “Alangkah bodohnya orang Quraisy menyembah berhala.” Karena itu dia tidak mau terlibat dalam kebodohan itu. Lalu dibuangnya berhala-berhala yang dipujanya selama ini. Kemudian diumumkannya, mulai saat itu dia masuk Islam.

Tidak lama sesudah itu, Said menyusul kaum Muslimin hijrah ke Madinah. Di sana dia senantiasa mendampingi Nabi SAW. Dia ikut berperang bersama beliau, mula-mula dalam peperangan Khaibar. Kemudian dia selalu turut berperang dalam setiap peperangan berikutnya.

Setelah Nabi SAW berpulang ke rahmatullah, Said tetap menjadi pembela setia Khalifah Abu Bakar dan Umar. Dia menjadi teladan satu-satunya bagi orang-orang mukmin yang membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia. Dia lebih mengutamakan keridhaan Allah dan pahala daripadaNYA di atas segala keinginan hawa nafsu dan kehendak jasad.

Kedua khalifah Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, mengerti bahwa ucapan-ucapan Said sangat berbobot dan taqwanya sangat tinggi. Karena itu keduanya tidak keberatan mendengar dan melaksanakan nasihat-nasihat Said.

Pada suatu hari di awal pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Said datang kepadanya memberi nasihat. Kata Said, ”Ya Umar! Takutlah kepada Allah dalam memerintah manusia. Jangan takut kepada manusia dalam menjalankan agama Allah! Jangan berkata berbeda dengan perbuatan. Karena sebaik-baik perkataan ialah yang dibuktikan dengan perbuatan. Hai Umar! Tujukanlah seluruh perhatian Anda kepada urusan kaum Muslimin, baik yang jauh maupun yang dekat. Berikan kepada mereka apa yang Anda dan keluarga sukai. Jauhkan dari mereka apa-apa yang Anda dan keluarga tidak sukai. Arahkan semua karunia Allah kepada yang baik. Jangan hiraukan cacian orang-orang yang suka mencaci.”

“Siapakah yang sanggup melaksanakan semua itu, hai Said?” Tanya Khalifah Umar.

“Tentu orang seperti Anda! Bukankah Anda telah dipercayai Allah memerintah umat Muhammad ini? Bukankah antara Anda dengan Allah tidak ada lagi suatu penghalang?”jawab Said meyakinkan.

Pada suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab ra memanggil Said untuk diserahi suatu jabatan dalam pemerintahan. “Hai Said! Engkau kami angkat menjadi Gubernur di Himsh!” kata Khalifah Umar.

“Wahai Umar! Saya mohon kepada Allah semoga Anda tidak mendorong saya condong kepada dunia,” kata Said.

“Celaka engkau!” Balas Umar marah. “Engkau pikulkan beban pemerintahan ini di pundakku, tetapi kemudian engkau menghindar dan membiarkanku repot sendiri.”

“Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan Anda,”jawab Said.

Kemudian Khalifah Umar melantik Said menjadi gubernur di Himsh. Sesudah pelantikan khalifah Umar bertanya kepada Said, ”Berapa gaji yang Engkau inginkan?”

“Apa yang harus saya perbuat dengan gaji itu, ya Amirul Mukminin?” jawab Said balik bertanya. “Bukankah penghasilan saya dari Baitul Mal sudah cukup?”

Tidak berapa lama setelah Said memerintah di Himsh, sebuah delegasi datang menghadap khalifah Umar di Madinah. Delegasi itu terdiri dari penduduk Himsh yang ditugasi Khalifah mengamat-amati jalannya pemerintahan di Himsh.

Dalam pertemuan dengan delegasi tersebut, Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin Himsh untuk diberikan santunan. Delegasi mengajukan daftar yang diminta khalifah. Di dalam daftar tersebut terdapat nama-nama orang-orang fakir miskin di Himsh, dan betapa mencengangkan Khalifah Umar bin Khattab karena ada nama Said bin Amir al-Jumahi dalam daftar itu.

Melihat ada nama Said bin Amir yang tercantum dalam daftar penerima santunan, Umar lalu bertanya, ”Siapa Said bin Amir yang kalian cantumkan ini?”

“Gubernur kami!” jawab mereka. “Betulkan gubernur kalian miskin?” jawab Khalifah heran.
“Sungguh, ya Amirul Mukminin! Demi Allah! Seringkali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),” jawab mereka meyakinkan.

Mendengar perkataan itu, Khalifah Umar menangis, sehingga air mata beliau meleleh membasahi jenggotnya. Kemudian beliau mengambil sebuah pundit-pundi berisi uang seribu dinar.

“Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Said bin Amir, dan uang ini saya kirimkan untuk beliau, guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya,”ucap Umar sedih.

Setibanya di Himsh, delegasi itu segera menghadap Gubernur Said, menyampaikan salam dan uang kiriman Khalifah untuk beliau. Setelah Gubernur Said melihat pundi-pundi berisi uang dinar, pundi-pundi itu dijauhkannya dari sisinya seraya berucap, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (kita milik Allah dan pasti kembali kepada Allah).

Mendengar ucapannya itu, seolah-olah suatu marabahaya sedang menimpanya. Karena itu istrinya segera menghampiri seraya bertanya,”Apa yang terjadi, hai Said? Meninggalkah Amirul Mukminin?”

“Bahkan lebih besar dari itu!” jawab Said sedih. “Apakah tentara kaum Muslimin kalah berperang?” tanya istrinya lagi. “Jauh lebih besar dari itu!” jawab Said tetap sedih. “Apa pulalah gerangan yang lebih dari itu?” tanya istrinya tak sabar. “Dunia telah datang untuk merusak akhiratku. Bencana telah menyusup ke rumah tangga kita,” jawab Said mantap.

“Bebaskan dirimu dari padanya!” kata istri Said memberi semangat, tanpa mengetahui perihal adanya pundi-pundi uang yang dikirimkan Khalifah Umar untuk pribadi suaminya.

“Maukah engkau menolongku berbuat demikian?” Tanya Said.

“Tentu!” jawab istrinya bersemangat. Maka Said mengambil pundi-pundi uang itu, lalu disuruhnya istrinya membagi-bagikan kepada fakir miskin.

Tidak lama kemudian Umar bin Khattab datang ke negeri Syam untuk melihat keadaan di sana, dan ketika beliau singgah di Himsh, penduduknya menyambut dengan hangat dan menyalaminya, maka beliau berkata kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian tentang gubernur kalian?”

Maka mereka mengadukan kepadanya tentang empat hal, lalu Umar mengumpulkan mereka bersama Said bin Amir dan berkata, “Apa yang kalian keluhkan dari gubernur kalian?”.

Mereka menjawab, “Beliau tidak keluar kepada kami kecuali jika hari telah siang.” Maka Umar berkata, “Apa jawabamu tentang hal itu wahai Sa’id?.” Maka ia terdiam sebentar, kemudian berkata, “Demi Allah sesungguhnya aku tidak ingin mengucapkan hal itu, namun kalau memang harus dijawab, sesungguhnya keluargaku tidak mempunyai pembantu, maka aku setiap pagi membuat adonan, kemudian aku tunggu sebentar sehingga adonan itu mengembang, kemudian aku buat adonan itu menjadi roti untuk mereka, kemudian aku berwudlu dan keluar menemui orang-orang.”

Umar berkata, “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya beliau tidak menerima tamu pada malam hari.” Umar berkata, “Apa jawabmu tentang hal itu wahai Sa’id?” Ia menjawab, “Sesungguhnya Demi Allah aku tidak suka untuk mengumumkan ini juga, aku telah menjadikan siang hari untuk mereka dan malam hari untuk Allah SWT.” Umar berkata, “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?”

Mereka menjawab, “Sesungguhnya beliau tidak keluar menemui kami satu hari dalam sebulan.” Umar berkata, “Dan apa ini wahai Sa’id?” Ia menjawab, “Aku tidak mempunyai pembantu wahai Amirul mu’minin, dan aku tidak mempunyai baju kecuali yang aku pakai ini, dan aku mencucinya sekali dalam sebulan, dan aku menunggunya hingga baju itu kering, kemudian aku keluar menemui mereka pada sore hari.” Kemudian aku berkata: “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” Mereka menjawab, “Beliau sering pingsan, hingga ia tidak tahu orang-orang yang duduk dimajlisnya.” Lalu Umar berkata, “Dan apa ini wahai Sa’id?” Maka ia menjawab, “Aku telah menyaksikan pembunuhan Khubaib bin Adiy, kala itu aku masih musyrik, dan aku melihat orang-orang Quraisy memotong-motong badannya sambil berkata, “Apakah kamu ingin kalau Muhammad menjadi penggantimu?” maka ia berkata, “Demi Allah aku tidak ingin merasa tenang dengan istri dan anak, sementara Nabi Muhammad tertusuk duri…Dan demi Allah, aku tidak mengingat hari itu dan bagaimana aku tidak menolongnya, kecuali aku menyangka bahwa Allah tidak mengampuni aku… maka akupun jatuh pingsan.

Pembaca yang budiman, itulah kisah mengagumkan dari salah satu sahabat Rasulullah SAW, yang bisa kita ambil pelajaran darinya. Jika memang diamanahi dan dipercaya menjadi pemimpin, maka jadilah engkau pemimpin yang adil dan bisa dijadikan teladan. Pemimpin yang mengayomi dan tidak menumpuk harta kekayaan untuk kepentingan pribadi.

Cerita Hikmah, IBU BUTA YANG MEMALUKANKU



Ibu Buta Memalukanku
Saat aku beranjak dewasa, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, aku malu mempunyai seorang ibu yang BUTA! Matanya tidak ada satu. Aku sangat malu, benar-benar
Aku sangat menginginkan kesempurnaan terletak padaku, tak ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Saat itu ayah yang menjadi tulang punggung kami sudah dipanggil terlebih dahulu oleh yang Maha Kuasa. Tinggallah aku anak semata wayang yang seharusnya menjadi tulang punggung pengganti ayah. Tapi semua itu tak kuhiraukan. Aku hanya mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja. Sedang ibu bekerja membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit sederhana.

Pada suatu saat ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuatku kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, Kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah. Bajunya pun bersahaja rapih dan sopan. Itulah ibuku yang mempunyai mata satu. Dan yang selalu membuat aku malu dan yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku. “Mau ngapain ibu ke sini? Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku!” Bentakkan dariku membuat diri ibuku segera bergegas pergi. Dan itulah memang yang kuharapkan. Ibu pun bergegas keluar dari sekolahku. Karena kehadiranya itu aku benar-benar malu, sangat malu. Sampai beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya???, Ibumu matanya satu ya?” yang menjadikanku bagai disambar petir mendapat pertanyaan seperti itu.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang ku incar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu. Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku. Seorang yang selalu mnghalangi kemajuanku.

Di Selolah itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. Aku telah sukses dan kemudian aku menikah dengan seorang gadis Indonesia dan menetap di Singapura.

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses, sangat sukses. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

10 tahun aku menetap di Singapura, belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupan ku sekarang.

Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Ibuku datang ke Singapura. Entah untuk apa dan dari mana dia memperoleh ongkosnya. Dia datang menemuiku.

Seketika saja Ibuku kuusir. Dengan enteng aku mengatakan: “HEY... PERGILAH KAU PENGEMIS. KAU MEMBUAT ANAKKU TAKUT!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum, “MAAF, SAYA SALAH ALAMAT” Tanpa merasa besalah, aku masuk ke dalam rumah.

Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMAku. Aku pun datang untuk menghadirinya dan beralasan pada istriku bahwa aku akan dinas ke luar negeri.

Singkat cerita, tibalah aku di kota kelahiranku. Tak lama hanya ingin menghadiri pesta reuni dan sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. Berhasil aku membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini.

Selesai Reuni entah megapa aku ingin melihat keadaan rumahku sebelum pulang ke Sigapore. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ku lihat rumah ini begitu berantakan. Aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana, tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.

Bergegas aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku. “Akhirnya kau datang juga. Ibumu telah meninggal dunia seminggu yang lalu”

“OH…”

Hanya perkataan itu yang bisa keluar dari mulutku. Sedikit pun tak ada rasa sedih di hatiku yang kurasakan saat mendengar ibuku telah meninggal. “Ini, sebelum meninggal, Ibumu memberikan surat ini untukmu”

Setelah menyerahkan surat ia segera bergegas pergi. Ku buka lembar surat yang sudah kucal itu.

Untuk anakku yang sangat Aku cintai,

Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku. Tapi Ibu senang sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni disekolahmu. Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. karena aku yakin kau akan datang ke acara Reuni tersebut. Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu satu-satunya yang ibu punya. Ibu tak pernah lupa untuk mendoakan kebahagiaanmu, agar kau bisa sukses dan melihat dunia luas. Asal kau tau saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu. Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayah mu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan. Dan akupun sangat bahagia bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.

Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena aku yakin maut sudah di depan mataku.

Peluk cium dari Ibumu tercinta

Bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku, Aku terdiam! Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri....

Nasehat, SEORANG MUKMIN ADALAH CERMIN BAGI MUKMIN LAINNYA




Seorang Mukmin Adalah Cermin Bagi Mukmin lainnya



Oleh Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir

SAUDARAKU, ketahuilah, sesungguhnya kekasih kita Rasûlullâh SAW telah diberi jawâmi’ul kalim[1]. Setiap kata yang diucapkan oleh Rasûlullâh SAW sarat dengan makna dan memiliki banyak pemahaman. Setiap orang memahami ucapan beliau SAW sesuai dengan pemahaman dan cahaya yang diberikan Allâh kepadanya. Rasûlullâh SAW bersabda :

الْمُؤْمِنُ مَرْآةُ الْمُؤْمِنِ

Artinya : "Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya." (HR Abû Dâwûd)
Hadis di atas memiliki beberapa makna, di antaranya adalah :

Pertama, jika seorang Mukmin melihat berbagai akhlak mulia pada diri saudaranya, maka dia akan meneladaninya. Dan jika dia melihat berbagai sifat tercela dalam diri saudaranya, dan dia mengetahui bahwa dirinya memiliki keburukan yang sama, maka dia segera berusaha membersihkan dan menyingkirkan sifat-sifat tercela itu dari dirinya.

Kedua, ketika seorang Mukmin melihat sebuah sifat tercela pada diri saudaranya, maka dia segera memerintahkan dan meminta saudaranya itu untuk menghilangkannya. Dia menjadi cermin bagi saudaranya. Berkat nasihatnya saudaranya dapat melihat aibnya sendiri, seperti cermin yang menampakkan keburukan wajah seseorang.

Ketiga, seorang Mukmin akan memandang kaum Mukminin sesuai dengan keadaan hatinya. Jika hatinya baik, suci, jujur dan bersih dari berbagai sifat tercela, maka dalam pandangannya semua Mukmin adalah baik. Dia berprasangka baik kepada seluruh Mukmin dan sama sekali tidak akan berpikiran buruk kepada mereka. Kau akan melihat dia mudah tertipu oleh setiap orang yang berusaha menipunya dan membenarkan semua ucapan yang disampaikan kepadanya. Sebab, dalam pandangannya semua orang berakhlak mulia seperti dirinya. Ini adalah sebuah sifat mulia dan utama yang diberikan Allâh kepada banyak Mukmin.

Tetapi, yang lebih baik dan sempurna adalah seseorang yang mampu melihat sesuatu sebagaimana adanya, baik atau pun buruk, shaleh ataupun fasik.

Seorang yang berhati busuk dan bersifat buruk, wal ‘iyâ dzubillâh, maka keburukannya ini akan menjelma pada diri setiap orang yang dilihatnya. Setiap kali melihat seseorang dia akan berprasangka buruk kepadanya. Sebab, yang dia lihat adalah gambaran keburukan dirinya sendiri. Menurutnya semua orang seperti dirinya. Rasûlullâh saw bersabda :

إذا قال الرجل هلك الناس فهو أهلكهم
Artinya : “Jika seseorang berkata, "Manusia telah binasa" maka dialah yang paling binasa.” (HR Muslim, Abû Dâwûd, Ahmad dan Mâlik)

Seorang penyair berkata :

Jika perilaku seseorang buruk
Maka prasangkanya pun buruk
Dia wujudkan kebiasaannya dengan penuh keraguan
Dan memusuhi para pecintanya
karena ucapan musuhnya
akhirnya dia berada dalam keraguan
Seperti malam yang gelap gulita

Pernah seorang lelaki mengunjungi seorang shaleh yang dikenal sebagai waliyullâh (orang yang dicintai Allâh) dan berkata kepadanya, “Wahai Tuan, aku bermimpi melihatmu dalam wujud seekor babi.” Sang wali Rahimahullah pun menjawab, “Babi itu adalah gambaran dirimu, bukan diriku. Ketika engkau menghadapiku, maka gambaran dirimu menjelma pada diriku. Ketika melihat babi itu engkau mengiranya sebagai diriku. Sesungguhnya itu adalah gambaran dirimu yang menjelma pada diriku. Andaikata engkau baik, maka engkau akan melihatku dalam wujud yang baik.”

Karena itu kami katakan bahwa setiap orang yang bermimpi melihat Rasûlullâh SAW dalam wujud yang baik, maka itu adalah tanda bahwa dirinya baik. Tetapi, jika tidak demikian, maka itu adalah tanda bahwa dirinya memiliki kekurangan. Kami tidak mengatakan bahwa keterangan ini berlaku untuk semua orang. Keterangan ini hanya berlaku untuk orang yang penuh kekurangan ketika bermimpi atau bertemu dengan orang yang sempurna, setingkat dengannya atau orang yang tidak ia ketahui kedudukannya.

Pada umumnya apa yang dilihat oleh seseorang pada diri kaum Mukminin adalah gambaran keadaannya sendiri. Jika dia baik, maka dia akan melihat kebaikan dan jika dia buruk, maka dia akan melihat keburukan. Sedangkan apa yang dilihat oleh orang-orang yang memiliki kesempurnaan, seperti para Nabi AS dan pewarisnya, dalam mimpi atau di luar mimpi, adalah keadaan yang sebenarnya dari orang yang mereka lihat. Sebab, gambaran diri orang-orang yang memiliki kesempurnaan tidak akan menjelma pada diri orang lain. Karena, orang lain memiliki hijab yang terlalu tebal. Tetapi, gambaran orang lain dapat menjelma pada diri mereka karena kejernihan hati mereka. Mereka dapat melihat orang lain sesuai keadaannya yang sebenarnya.

Rasûlullâh SAW bersabda :

اتَّقُوا فِراسَةَ المؤمن فإِنه يَنظُرُ بنورِ اللّه

Artinya : "Waspadalah terhadap firasat seorang Mukmin, sesungguhnya dia memandang dengan cahaya Allâh." (HR Tirmidzî)

Keadaan seperti ini hanya khusus bagi ahlillâh. Hati-hati jangan tertipu, sebab itulah sumber keburukan.

Keempat, hati seorang Mukmin yang sempurna imannya akan menjadi tempat tajallî Allâh SWT Al-Mu`min. Sebab, Al-Mu`min adalah salah satu nama Allâh. Hati seorang Mukmin adalah tempat makrifat. Allâh SWT berkata dalam sebuah hadis qudsi :

“Bumi dan langit-Ku tidak akan mampu menampung-Ku, dan hati hamba-Ku yang berimanlah yang mampu menampung-Ku.” (Al-Hadis)

“Hati adalah rumah Allâh.” (Al-Hadis)

Arti kedua hadis ini adalah hati merupakan tempat berma'rifat kepada Allâh. Wallâhu Subhânahu wa Ta’âlâ a’lam.

Khutbah Jum'at, SEDEKAH YANG BAIK



Sedekah yang Baik
الحمد لله . الحمد لله الذّي أنزل القرآن . هدى للنّاس وبيّنات من الهدى والفرقان . نحمده ونشكره على نعمه الحسان . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له الذّي خلق الانسان وعلّمه البيان . وأشهد ان سيّدنا محمّدا عبده ورسوله سيّد ولد عدنان . اللّهمّ صلّ وسلّم على عبدك ورسولك محمّد الذّي قرّر قواعد الاسلام والايمان .
اما بعد . فياايهاالناس .. اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون .

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah.
Istilah sedekah mengacu pada pemberian yang bersifat sukarela dan sunat hukumnya. Kata sedekah seakar dengan kata Al-Shidqu yang berarti benar. Ini mengandung makna bahwa orang yang bersedekah berarti ia telah melakukan cara yang benar dalam menggunakan harta. Meskipun demikian, sedekah ternyata bukan hanya harus dengan menggunakan harta. Masih banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk bisa mendapatkan nilai sedekah seperti bersikap yang baik dan menyenangkan hati sesama manusia. Hal ini sebagaimana yang telah diterangkan oleh Nabi Muhammad SAW dimana beliau bersabda :

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ , وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنِ الْمُنْكَرِ تُكْتَبُ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإِمَاطَتُكَ الشَّوْكَةَ وَالْحَجَرَ عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ ، وَإِرْشَادُكَ الضَّالَّ عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ.

Artinya : ''Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, dan engkau menuangkan air dari timbamu kedalam timba saudaramu adalah sedekah, dan engkau memerintahkan kebaikan serta melarang kemungkaran adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan duri dan kerikil tajam dari jalanan adalah sedekah,  dan engkau menunjukkan jalan pada orang yang tersesat adalah sedekah.'' (HR Tirmidzi).

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah.
Islam menganjurkan pemeluknya untuk banyak-banyak bersedekah, dikarenakan sedekah itu tidaklah mendatangkan kerugian dan membuat orang menjadi jatuh miskin, akan tetapi justeru memberikan manfaat positif dunia dan akhirat. Allah SWT akan mengganti harta yang disedekahkan dengan karunia yang lebih baik. Allah SWT berfirman :

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya : ''Katakanlah, Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.'' (QS.Saba' / 34 : 39).

Melalui sedekah, seorang Muslim akan semakin dekat kepada Allah. Ia akan dibalas oleh Allah SWT dengan karunia berupa kenikmatan surga di akhirat kelak. Allah SWT berfirman :

وَمِنَ الأَعْرَابِ مَن يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنفِقُ قُرُبَاتٍ عِندَ اللّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ أَلا إِنَّهَا قُرْبَةٌ لَّهُمْ سَيُدْخِلُهُمُ اللّهُ فِي رَحْمَتِهِ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya : ''Dan diantara orang-orang Arab Baduwi itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga-Nya). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS. At-Taubah / 9 : 99).

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah.
Agar sedekah bermanfaat di dunia dan akhirat kita perlu memperhatikan beberapa ketentuan.
 
Pertama, sesuatu yang disedekahkan itu merupakan yang terbaik dan disenangi bagi yang memberikan dan yang menerimanya. Allah SWT berfirman :

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيناً وَيَتِيماً وَأَسِيراً

Artinya : ''Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.'' (QS. Al-Insan / 76 : 8).

Kedua, sedekah itu hendaklah dilakukan secara sukarela, ikhlas, dan tidak pamer. Sedekah itu bertujuan menjalankan perintah Allah dan mengharapkan keridhoan-Nya. Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلَا شُكُوراً

Artinya : ''Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanya untuk mengharapkan keridhoan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.'' (QS. Al-Insan / 76 : 9).

Ketiga, memberikan sedekah dengan wajar, tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir. Allah SWT berfirman :

وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَاماً

Artinya : ''Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.'' (QS. Al-Furqon / 25 : 67).

Keempat, pemberian sedekah tidak bertujuan mendapatkan balasan kembali, baik dengan jumlah yang sama atau lebih banyak lagi dari yang disedekahkan. Allah SWT berfirman :

وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ

Artinya : ''Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.'' (QS. Al-Muddatstsir / 74 : 6).

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah.
Sedekah dengan karakteristik diatas, perlu menjadi budaya Muslim sebagai wujud keshalehan, solidaritas sosial, dan bukti persaudaraan antara sesama kita. Apalagi di saat sekarang ini, banyak sekali saudara-saudara kita yang miskin yang menunggu uluran tangan, bantuan, dan sedekah dari kita-kita yang mampu. Tidaklah menjadi masalah mau sedekah itu kita keluarkan dengan cara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, yang terpenting kita melakukannya dengan ikhlas semata-mata mengharap keridhoan Allah. sebab dengan begitu, maka kesalahan-kesalahan kita akan dihapus oleh Allah Ta'ala. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya : "Jika kamu menampakkan sedekah(mu) , maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah.
Demikianlah khutbah singkat ini, mudah mudahan ada manfaatnya. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang gemar bersedekah. Amien Ya Rabbal 'Alamien.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لُّكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
بارك الله لي ولكم في القران العظيم. ونفعني واياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم. وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم. أقول قولي هذا. وأستغفر الله العظيم لي ولكم. ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات. فاستغفروه انه هوالغفور الرحيم.

Khutbah Kedua
الحمد لله حمدا كثيرا كما امر . اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له ارغاما لمن جحد به وكفر . واشهد ان سيدنا محمدا عبده ورسوله سيد الخلائق والبشر . صلى الله على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه وسلم تسليما كثيرا .
اما بعد . فياايهاالمسلمون رحمكم الله . اتقوا الله وافعلوا الخيرات واجتنبوا السيئات . ان الله وملائكته يصلون على النبي ياايهاالذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما . فأجيبوا الله عباد الله الى ما دعاكم . وصلوا وسلموا على من به الله هداكم .
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين . وعلى التابعين وتابع التابعين لهم باحسان الى يوم الدين . وارض عنا معهم برحمتك يا ارحم الراحمين.
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والأموات انك سميع قريب مجيب الدعوات. يا قاضي الحاجات ويا كافي المهمات برحمتك يا أرحم الراحمين. ربنا افتح بيننا وبين قومنا بالحق وانت خيرالفاتحين. ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله.. ان الله يأمر بالعدل والاحسان. وايتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم. واشكروه على نعمه يزدكم. واسئلوه من فضله يعطكم. ولذكر الله أكبر.